JAKARTA – Kementerian PPN/Bappenas bersama Waste4Change dan didukung oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia serta United Kingdom Foreign, Commonwealth, and Development Office (UKFCDO) meluncurkan hasil kajian Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia secara daring dalam Webinar Strategi Pengelolaan FLW untuk Mendukung Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon, Rabu (9/6) secara daring. “Permintaan kebutuhan pangan yang tinggi, namun dengan ketersediaan pangan yang terbatas akibat pembatasan mobilisasi selama pandemi Covid-19, menunjukkan kepada kita bahwa diperlukan lompatan besar terhadap pola ketersediaan pangan di Indonesia. Untuk itu, identifikasi food loss & waste yang ada di Indonesia menjadi penting agar kita dapat merencanakan serta mengembangkan upaya-upaya untuk memperkecil gap tersebut,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
Hasil kajian menunjukkan timbulan FLW menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun. Di sektor lingkungan, pada periode 2000-2019 atau selama 20 tahun lamanya, timbulan FLW di Indonesia mencapai 23-48 juta ton/tahun atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Dalam periode yang sama, timbulan ini juga menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen atau setara dengan 7,29 persen rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Dari kacamata sosial, kehilangan kandungan energi yang hilang akibat FLW diperkirakan setara dengan porsi makan 61 juta-125 juta orang per tahun. Data juga menunjukkan bahwa timbulan FLW didominasi oleh jenis padi-padian yakni beras, jagung, gandum, dan produk terkait, sementara jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia. “Dengan menyajikan sejumlah hasil analisis yang bersifat evidence-based, Kajian Food Loss and Waste di Indonesia ini menjadi pedoman dan referensi bagi para pengambil kebijakan sehingga implementasi pembangunan rendah karbon di Indonesia dapat memenuhi target yang telah ditetapkan,” ujar Menteri Suharso.
Hasil kajian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai landasan penyusunan kebijakan guna membantu mewujudkan komitmen Indonesia dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals, khususnya butir tiga dalam Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab butir 3 yaitu mengurangi separuh food waste per kapita di tahap distribusi dan konsumsi serta mengurangi food loss di tahap produksi dan sepanjang rantai pasok, termasuk kehilangan di pascapanen pada 2030 mendatang. “Kondisi pandemi yang masih terus berlangsung mendorong kami untuk memanfaatkan momentum pemulihan nasional pasca pandemi Covid-19 untuk membangun kembali Indonesia secara lebih baik dan berkelanjutan, salah satunya dimulai dengan transisi bertahap dari ekonomi konvensional menuju ekonomi sirkular, termasuk di dalamnya isu food loss and waste. Kolaborasi aktif dari seluruh pihak terkait sangat diperlukan untuk memberikan hasil yang bermakna dan konkret untuk masyarakat Indonesia,” pungkas Menteri Suharso
Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto menegaskan upaya mitigasi FLW turut berkontribusi untuk Pembangunan Rendah Karbon. “Sejauh ini, kebijakan terkait pengelolaan FLW menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan Pembangunan Rendah Karbon yang telah menjadi Program Prioritas dalam RPJMN 2020-2024. Beberapa kegiatan prioritas dalam Pembangunan Rendah Karbon seperti pertanian berkelanjutan dan penanganan limbah menjadi rangkaian upaya untuk mewujudkan ekonomi sirkular sekaligus mengelola FLW secara lebih berkelanjutan di Indonesia,” tutup Menteri Suharso.
Jakarta, 10 Juni 2021
Parulian Silalahi
Kepala Biro Humas dan Tata Usaha Pimpinan
Untuk informasi lebih lanjut:
Kementerian PPN/Bappenas
Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310
Telepon: (021) 31936207, 3905650; Faks.: (021) 31901154
e-mail: [email protected]