Penataan Pemukiman Nelayan Dalam Upaya Pengurangan Dampak Krisis Iklim
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki julukan sebagai negara maritim. Julukan ini sesuai dengan kenyataan bahwa 70 persen wilayah Indonesia berupa perairan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 persen dari total jumlah penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir, hal tersebut menyebakan banyak ditemukan permukiman yang terbentuk tidak baik dan menimbulkan berbagai macam masalah (Jamal, 2019).
Kawasan pemukiman nelayan pada umumnya terletak di dekat atau sepanjang pantai, tepi laut, sungai besar, dan wilayah-wilayah air lainnya. Keadaan pemukiman nelayan di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam dan dan kerap kali menimbulkan permasalahan diberbagai aspek, seperti kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Beberapa permasalahan umum yang dihadapi oleh permukiman pesisir seperti:
- Erosi pantai: Permukiman pesisir sering kali mengalami kerusakan akibat erosi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut, arus air, dan faktor-faktor lainnya. Erosi dapat mengancam struktur bangunan, infrastruktur, dan lahan pertanian.
- Kenaikan permukaan air laut: Perubahan iklim menyebabkan kenaikan permukaan air laut, yang dapat mengakibatkan banjir pesisir yang lebih sering dan lebih parah. Hal ini dapat merusak rumah, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan memaksa orang untuk pindah.
- Pencemaran laut: Aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah industri dan domestik, dapat menyebabkan pencemaran laut di sekitar permukiman pesisir. Hal ini dapat merusak ekosistem laut dan mengancam kesehatan masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.
- Ketidakstabilan sosial dan ekonomi: Ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan iklim, bencana alam, atau masalah ekonomi dapat mengancam stabilitas sosial dan ekonomi komunitas pesisir.
- Kekurangan akses ke layanan dasar: Beberapa permukiman pesisir mungkin memiliki akses yang terbatas ke layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan.
Untuk mengatasi tantangan permasalahan di pemukiman nelayan, penting untuk mengadopsi pendekatan yang berkelanjutan dan berkoordinasi, melibatkan pemerintah, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengelolaan pesisir yang baik dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Termasuk penataan infrastruktur tahan bencana, pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, dan upaya mitigasi perubahan iklim.
Konsep Livability Settlement
Konsep livable settlement merupakan konsep yang telah lama diterapkan dalam pengembangan kampung nelayan sebagai sebuah perencanaan strategis pembangunan nasional, sebab berdasarkan historis saja, Indonesia merupakan Negara bahari selain juga Negara agraris. Kebaharian Indonesia bisa dilihat dari luas wilayah laut Indonesia merupakan 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia dengan luas sekitar 5.8 juta kilometer persegi. Oleh sebab itu, perencanaan dan pengembangan wilayah pantai dan pesisir dengan potensi laut dan hayati harus bisa dikelola dengan dengan baik dan semua pihak harus bisa menjadi all around player dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat kampung nelayan.
Doxiadis (dalam Evan, 2002) menyebut settlement sebagai sebuah sistem yang minimal harus terdiri dari lima unsur sebagai komponen pengembangan dan pembangunannya yaitu:
- Alam (nature), sebagai potensi yang akan dilihat prospek dan modal dasar dari pembangunan wilayah dan kekayaan sumber daya alam hayati sebagai pengembangan dasarnya.
- Manusia (man), merupakan subyek pembangunan yang merupakan aktor pengembangan dari konsep pemukiman dan kewilayahan yang memiliki peranan vital akan keberlangsungan kehidupan.
- Kehidupan Sosial (society), merupakan bentuk sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada realita, kebiasaan, mata pencaharian dan berbagai hal mengenai tata hidup yang berkembang di tengah masyarakat berdasarkan kekhasan.
- Ruang (shell), merupakan lingkup kehidupan dengan segala potensi pemukiman sebagai sebuah tempat tinggal dan keberlangsungan kehidupan.
- Jaringan (network), merupakan pemahaman dasar bahwa implementasi dasar livable settlement percaya bahwa mengacu pada penyediaan aksesibilitas dalam berbagai bentuk kehidupan yang lebih konkrit, yaitu tersedianya lapangan kerja dan permukiman yang memperhatikan prospek lingkungan, sebab pembangunan yang abai terhadap kontinuitas lingkungan akan terjadi degradasi lingkungan laut bagi kampung nelayan dan kerusakan permanen yang akan merugikan .
Jika komponen diatas tidak terpenuhi dan berjalan dengan baik, maka akan sangat mengganggu kegiatan masyarakat di dalamnya, terutama dalam kegiatan bekerja di laut sebagai sumber utama mata pencaharian masyarakat kampung nelayan.
Implementasi Kampung Nelayan Maju (Kalaju)
Sebagai upaya mengatasi tantangan permasalahan di pemukiman nelayan diperlukan penataan secara fisik dan non fisik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam perbaikan adalah penataan kampung nelayan maju (Kalaju) dapat menjadi salah satu inisiasi guna mengurangi permasalahan kampung nelayan baik aspek sosial, ekonomi dan lingkungan di kawasan pesisir.
Kampung nelayan maju (Kalaju) adalah perwujudan sinergi beragam kegiatan kampung nelayan yang tertata, maju, bersih, sehat, dan nyaman, serta mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas kehidupan nelayan dan keluarganya (Permen KKP No. 34 Tahun 2022) Implementasi kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat mulai dari peningkatan hasil perikanan serta pengolahannya, pengelolaan pariwisata, pengembangan koperasi nelayan, termasuk juga peningkatan konservasi dan lingkungan.
Implementasi kegiatan kalaju bertujuan untuk mendukung aktivitas ekonomi yang lebih baik, pengurangan kesenjangan sosial di wilayah pesisir dan juga ketahanan iklim yang akan sangat mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat pesisir. Penataan kampung nelayan maju (kalaju) yang mencakup pengembangan struktural dan non struktural dapat mengurangi dan menumbuhkan daya resiliensi dampak yang merugikan akibat perubahan iklim. Saat ini implementasi kegiatan ini masih memiliki kendala dalam beberapa aspek khususnya pada pendanaan, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dan juga keberlanjutan implementasi. Untuk itu dibutuhkan peran aktif multi pihak yang tidak terbatas hanya pada program temporal dan tidak tepat guna.
Kampung Nelayan Tomalou Sebagai Contoh Program KALAJU
Kampung Nelayan Tomalou terletak di Kabupaten Tidore, Maluku Utara adalah salah satu menjadi kampung nelayan maju (Kalaju). Kampung Nelayan Tomalou menjadi satu dari 120 lokasi Kalaju yang akan dikembangkan pada tahun 2022 yang merupakan sinergi berbagai kegiatan lintas kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Beberapa hal yang dilakukan disana diantaranya adalah pembangunan dinding tepi pantai, talud tepi pantai, dan bronjong sebagai upaya perubahan iklim.
Selain itu, membantu memperbaiki jembatan/dermaga yang dapat digunakan masyarakat sebagai tempat aktivitas bongkar muat barang dan pengangkutan penumpang dari dan antar pulau-pulau kecil, serta ditambahkan beberapa lampu. Kegiatan lainnya juga telah dilaksanakan di Kampung Nelayan Tomalou, diantaranya bimbingan teknis alat penangkapan ikan pancing ulur penangkap ikan pelagis kecil, diversifikasi usaha nelayan pembuatan nugget, pempek ikan, teri krispi, otak-otak ikan goreng, dan teknik anyaman pembuatan tas dengan menggunakan limbah plastik.
Dalam rangka mendukung Kalaju, Pemerintah Daerah setempat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara pada tahun 2022 juga berencana akan membangun kawasan sentra perikanan terpadu di Kampung Nelayan Tomalou. Pembangunan tersebut berupa dermaga mini, cold storage, pabrik es, bak air bersih, BBM, tangki BBM, pelelangan Ikan, pemasaran ikan, kios nelayan, sumur dan menara air dengan total anggaran yang disediakan sebesar Rp 10 miliar (KKP, 2022)
Strategi Penataan Pemukiman Nelayan
Saat ini di butuhkan pengembangan kampung nelayan yang berkelanjutan serta adaptif terhadap tantangan dimasa mendatang, termasuk perubahan iklim. Pendekatan beberapa penguatan aksi yang dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan seperti :
- Pembangunan dan penataan kawasan kampung pesisir dengan penerapan grey dan green infrastruktur, termasuk penerapan teknologi dan inovasi berdasarkan analisis karakteristik dan situasi wilayah.
- Diperlukan kerja sama antar stakeholder untuk bersama-sama mendukung program kampung nelayan maju baik secara struktural maupun non struktural, seperti pembuatan tanggul sederhana, pendampingan masyarakat ataupun penguatan usaha diversifikasi produk olahan masyarakat pesisir.
- Meningkatkan dukungan Bank dan atau lembaga keuangan lainnya dalam memberikan pendanaan ringan untuk meningkatkan produksi dan kualitas pengelolaan hasil laut, yang dilakukan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
- Membangun sistem agribisnis perikanan yang secara terintegrasi dari hulu sampai hilir dan membangun jaringan distribusi yang baik serta meningkatkan kualitas produk pengolahan perikanan untuk menghadapi persaingan dengan produk pengolahan perikanan dari daerah lain.
Penataan kampung nelayan maju (kalaju) menjadi salah satu kegiatan yang tidak hanya berfokus kepada aspek tertentu. Kesuksesan kegiatan ini akan berdampak secara signifikan pada aspek lingkungan, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir. Untuk itu diperlukan kolaborasi aktif antar pihak dalam implementasi kegiatan pembangunan adaptif di kawasan pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2020. Statistik Sumber Daya Laut
dan Pesisir. Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir. BPS Republik Indonesia Press.
Evans, Peter. 2002. Livable Cities. Urban Struggles for
Livelihood and Sustainability. California:University of California Press
JAMAL, F. 2019 “Peran
Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir”, Rechtsregel : Jurnal Ilmu Hukum,
Vol.2.
Kusnadi. (2009). Keberdayaan Nelayan dalam dinamika ekonomi pesisir.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Peraturan Menteri Kelautan dan Pesisir Nomor
34 Tahun 2022 Tentang Kampung Nelayan Maju.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2006
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2019. Masyarakat Pesisir: Adaptasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim. Puslit
Oseanografi – LIPI. Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2022. Kampung Nelayan Tomalou Jadi
Bukti Program Kalaju. Jakarta.
Editor:
Irfan Darliazi Yananto – Koordinator Pembangunan Berketahanan Iklim